SEKOLAH ADIWIYATA SMP NEGERI 10 TARAKAN

Pengertian Sekolah Adiwiyata - adiwiyata-smpn10tarakan.blogspot.com.

LINGKUNGAN SEKOLAHKU

Lingkungan Sekolah - adiwiyata-smpn10tarakan.blogspot.com.

SEKOLAH HIJAU DAN BERSIH

SMP Negeri 10 Tarakan - adiwiyata-smpn10tarakan.blogspot.com.

SEKOLAH BERBUDAYA LINGKUNGAN : MELALUI PROGRAM ADIWIYATA

SMP Negeri 10 Tarakan - adiwiyata-smpn10tarakan.blogspot.com.

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM MEWUJUDKAN SEKOLAH BERBUDAYA LINGKUNGAN

SMP Negeri 10 Tarakan - adiwiyata-smpn10tarakan.blogspot.com.

Minggu, 15 November 2015

TOGA (Tanaman Obat Keluarga)



TOGA

Tanaman obat keluarga (disingkat TOGA) adalah tanaman hasil budidaya rumahan yang berkhasiat sebagai obat. Taman obat keluarga pada hakekatnya adalah sebidang tanah, baik di halaman rumah, kebun ataupun ladang yang digunakan untuk membudidayakan tanaman yang berkhasiat sebagai obat dalam rangka memenuhi keperluan keluarga akan obat-obatan. Kebun tanaman obat atau bahan obat dan selanjutnya dapat disalurkan kepada masyarakat, khususnya obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Budidaya tanaman obat untuk keluarga (TOGA) dapat memacu usaha kecil dan menengah di bidang obat-obatan herbal sekalipun dilakukan secara individual. Setiap keluarga dapat membudidayakan tanaman obat secara mandiri dan memanfaatkannya, sehingga akan terwujud prinsip kemandirian dalam pengobatan keluarga. Di SMP Negeri 10 Tarakan, sebagai kelanjutan dari aksi peduli lingkungan, selain kerja bakti membersihkan lingkungan sekolah para peserta didik juga melakukan penanaman TOGA (Tanaman Obat Keluarga). Dengan memanfaatkan lahan kosong di samping gedung sekolah para peserta didik kelas VII, VIII, dan IX didampingi Koordinator PLH Ibu. Syamsuarti, S.Pd, Ibu. Sri Widayanti dan Bapak. Muchammad Amin Kamis (13/11) melakukan penanaman tanaman obat. Kegiatan ini bertujuan mengenalkan berbagai jenis tanaman obat-obatan kepada peserta didik. Selain itu agar anak juga mencintai kegiatan budidaya tanaman. Beberapa jenis tanaman obat yang ditanam antara lain jahe, serai, bangle, lidah buaya, daun kayok, buah naga, mengkudu, seledri, kunyit putih, lengkuas, kencur, pohon sirsak dan tumbuhan lainnya. Untuk memelihara tanaman tersebut juga sudah dibentuk kelompok yang bertanggung jawab dalam pemberian pupuk, penyiraman maupun penyiangan. Sebelum ditanami lahan sudah dipersiapkan sebelumnya oleh bapak-bapak pembantu pelaksana dengan penggemburan tanah dan pemberian pupuk, sehingga para peserta didik tinggal menanam. Para peserta didik merasa senang dapat merasakan pengalaman langsung berkebun. Semoga kegiatan ini dapat berkelanjutan dengan jenis tanaman yang lain.

Dokumentasi Pelabelan Tanaman Obat Keluarga :












Faktor Peningkatan Penggunaan Tanaman Obat

Kecenderungan meningkatnya penggunaan obat tradisional didasari oleh beberapa faktor, yaitu:
Pada umumnya, harga obat–obatan buatan pabrik yang sangat mahal, sehingga masyarakat mencari alternatif pengobatan yang lebih murah dan sekolah juga memanfaatkan kondisi ini untuk menghasilkan tanaman yang berguna dalam pengobatan.
Efek samping yang ditimbulkan oleh obat tradisional sangat kecil dibandingkan dengan obat buatan pabrik
Kandungan unsur kimia yang terkandung di dalam obat tradisional sebenarnya menjadi dasar pengobatan kedokteran modern. Artinya, pembuatan obat–obatan pabrik menggunakan rumus kimia yang telah disentetis dari kandungan bahan alami ramuan tradisional.

Perawatan Tanaman Obat

Tanaman yang dipelihara di pekarangan rumah atau sekolah tidak memerlukan perawatan khusus, baik sebagai bumbu dapur atau bahan obat. Perlakuan khusus dalam budi daya tanaman obat dilakukan dalam skala usaha, dengan tujuan untuk memperoleh kualitas dan kuantitas hasil yang optimum. Kegiatan pemupukan dan pengandalian hama penyakit tanaman perlu dilakukan. Kegiatan ini sangat erat hubungannya dengan penggunaan bahan kimiawi yang terkandung dalam pupuk atau pestisida. Pemakaian bahan kimiawi dapat mencemari lingkungan, baik tanah maupun air, dan yang paling berbahaya residu yang dihasilkan akan terakumulasi dalam produk tanaman yang dihasilkan Untuk itu, perlu diperkenalkan sistem budi daya yang tidak tergantung pada bahan-bahan kimia. Sistem ini dikenal dengan istilah pertanian organik. Dalam budi daya tanaman obat dapat dimanfaatkan pupuk organik untuk menambah unsur hara mineral yang dibutuhkan tanaman. Pupuk organik yang digunakan di antaranya adalah pupuk kandang, bokhasi, kompos, humus, sampah dapur, dan serasah daun itulah yang sudah dijalankan oleh SMP Negeri 10 Tarakan. Selain itu, sebagai bahan pengendali hama penyakit tanaman, dapat dimanfaatkan pestisida alami yang terdapat di sekitar rumah atau sekolah, seperti tanaman babadotan (Ageratum conyzoides), sirsak, lantana, dan daun tembakau. Sekian terima kasih.

Sabtu, 07 November 2015

SEMUTLIS UNTUK KEBERSIHAN DAN KEINDAHAN SEKOLAH



Menjaga Kebersihan Lingkungan Sekolah. Sekolah adalah  lembaga formal pendidikan dengan fungsi meningkatkan pengetahuan dan kemampuan anak sebagai bekal dimasa depan. Disekolah anak-anak hidup dari pagi hingga sore terkadang, sehingga perlu diajarkan juga dalam menjaga kebersihan lingkungan. Pendidikan Lingkungan Hidup sekarang ini banyak diajarkan oleh guru-guru disekolah dengan program-program yang diintergrasikan dalam pelajaran. Biasanya sekolah ada kebiasaan piket pagi secara bergiliran, Sabtu bersih kerja bakti dan SEMUTLIS (Sepuluh Menit untuk Taman dan Lingkungan Sekolah).

Sekolah merupakan rumah kedua bagi siswa. Di rumah kedua inilah mereka menimba ilmu dan mengembangkan diri menjadi lebih baik. Pendidikan yang ada di sekolah ,selain berada di dalam kelas dengan materi-materi pelajaran sesuai dengan kurikulum dan peringkat sekolah bagi siswa tersebut juga perlu ditambah pendidikan lain yang akan mempengaruhi kepribadian para siswa. Maka kebutuhan rumah kedua yang asri adalah sebuah keniscayaan. Rumah yang tertata rapi, bersih, dan asri akan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi siswa. Mereka akan betah berlama-lama dan merindukan rumah kedua ini. Salah satu yang mungkin bisa mempengaruhi kepribadian para siswa adalah kerja bakti membersihkan lingkungan sekolah baik ruangan kelas maupun halaman sekolah. Untuk membersihkan ruangan kelas bisa di laksanakan setiap hari dengan pembagian kelompok piket. Kerja bakti membersihkan halaman sekolah dan lingkungannya bisa dilaksanakan secara berkala bisa sebulan sekali maupun melihat situasi dan kondisi selama tidak mengganggu proses belajar mengajar, seperti halnya di SMP Negeri 10 Tarakan siswa-siswi sepulang sekolah pada pukul 17.10 wita, 10 menit digunakan untuk program sekolah yaitu SEMUTLIS (Sepuluh Menit untuk Taman dan Lingkungan Sekolah) dimana para guru memberikan arahan kepada siswa sebelum memulai kerja bakti bersama dilingkungan sekolah guna terjaganya suasana yang rapi, bersih dan indah. Coba saja bandingkan, antara siswa yang belajar di sekolah kotor dan bau, dengan siswa yang belajar di sekolah bersih dan rapi. Bisa dipastikan siswa yang belajar di sekolah bersih dan rapi akan merasakan pembelajaran yang lebih nyaman dan menyenangkan, karena tidak terganggu dengan pemandangan dan bau tak sedap. Dengan adanya kerja bakti maka anak didik akan tertanaman dalam dirinya untuk mencintai lingkungannya sekaligus mendidik mereka bekerja mandiri. Ada sebagian siswa  yang mungkin karena kebiasaan dirumah serba dilayani baik oleh orang tua maupun pembantu maka dengan kegiatan ini akan” dipaksa” untuk mandiri. Itulah manfaat kerja bakti atau Semutlis yang dilakukan oleh para siswa dan guru sore ini (Sabtu, 07/11/2015). Berusaha membuat lingkungan rumah kedua siswanya menjadi lebih bersih dan rapi. Sekarang lingkungan sekolah sudah rapi, indah dan bersih, semua menjadi indah memandangnya. Oh Senangnya.

Dokumentasi Kerja Bakti / SEMUTLIS Sore ini (Sabtu, 07/11/2015) :
























Program Sekolah Hijau
Ada beberapa kegiatan yang bisa dilakukan untuk mewujudkan Program Sekolah Hijau antara lain :
  • Membangun apotek hidup di sekolah.
  • Membangun tempat pembuangan sampah di sekolah.
  • Menyediakan tempat sampah berdasarkan jenis sampahnya.
  • Melaksanakan kegiatan ekstra kulikuler berbasis lingkungan, seperti kelompok hijau, pecinta alam dan sejenisnya.
  • Melaksanakan tata tertib kebersihan dan kelestarian lingkungan sekolah.
  • Mengadakan gerakan cinta kebersihan dan kesehatan lingkungan sekolah

Kebersihan dan keasrian lingkungan sekolah merupakan  tanggung jawab bersama dari setiap warga sekolah. Peran guru dan siswa, bahkan orang tua dan LSM sangat berperan dalam pemeliharaan dan perwujudan lingkungan sekolah yang bersih dan  sehat. Dengan kondisi sekolah yang sehat akan melahirkan siswa yang cerdas, bermutu, berwawasan lingkungan serta mampu menerapkan sikap cinta dan peduli lingkungannya di lingkungan sekolah maupun masyarakat.

Cara Menjaga Kebersihan Lingkungan Sekolah 
Untuk menciptakan kebersihan di sekolah, Gurulah yang akan ditiru oleh murid-muridnya, dengan demikian peran guru dalam pencegahan sangat diperlukan dengan tindakan-tindakan yang berupa :
  • Membuat tata tertib kebersihan dan buang sampah sembarangan
  • Memberi contoh membuang sampah pada tempatnya
  • Memberikan nasehat apabila ditemukan pelanggaran membuang sampah sembarangan, 
  • Memberikan reward kepada petugas piket yang rajin dan besih dalam membersihkan kelasnya
  • Membiasakan diri cuci tangan sehingga murid juga meniru

Untuk membuat kebiasaan-kebiasaan menjaga kebersihan lingkungan, perlu adanya Slogan-Slogan sebagai penyemangat Diantaranya  Bersih Pangkal Sehat”, “Kebersihan Adalah Sebagian Dari Iman”, “Jagalah Kebersihan. 

Upaya - upaya yang perlu juga dilakukan untuk lebih meningkatkan kebersihan dan keindahan kelas dan sekolah diantaranya :
  • Kerja Bakti Jum'at Bersih
  • Lomba Kebersihan Kelas
  • Lomba Kekompakan Petugas Piket Kelas

Kamis, 05 November 2015

SMPN 10 TARAKAN BANGUN RASA KEPEDULIAN DENGAN NGEBOR BIOPORI

Para siswa dan guru SMPN 10 Tarakan, Kota Tarakan dengan semangat membuat lubang resapan biopori. Kegiatan ini, bertepatan dengan rencana program sekolah mengenai lingkungan hidup.

Sejak pukul 09:00 untuk siswa kombinasi masuk pagi dan pukul 01:00 untuk siswa kombinasi masuk siang, semua murid berkumpul untuk mendengarkan penjelasan dari Koordinator Perencanaan Lingkungan Hidup Ibu. Wiji Lestari, S.Pd salah seorang guru di SMPN 10 Tarakan, banyak manfaat membuat lubang resapan biopori. Apalagi, disaat musim panas ini. tidak ketinggalan, ia pun menjelaskan teknik cara membuatnya, tutur Wiji Lestari.

Selain itu, Wiji Lestari pun menegaskan, teknik pembuatan dan finishing serta perawatan lubang harus sesuai aturannya.
“Yang penting lubang ditandai dan terus dimasukan sampah organik, jangan ditutup,” tegasnya.
Koordinator Perencanaan Lingkungan Hidup (PLH) SMPN 10 Tarakan, Wiji Lestari mengatakan, kegiatan biopori merupakan harapan warga sekolah sebagai solusi masalah yang dialami sekolah, terutama genangan air hujan.
“Kami di sini selalu alami genangan air jika musim hujan, karena air tak ada jalannya, makanya kami buat lubang penghalang air yang merembet ke lapangan,” jelasnya.



Menurut Wiji Lestari, kegiatan ini sangat disambut baik sekolah. Sehingga, diharapkan solusi genangan air bisa teratasi dengan adanya lubang resapan yang dibuat hingga beberapa lubang tersebut.
Ia mengatakan, kegiatan akan berlanjut berhubung sekolah pun memiliki alat biopori. Wiji Lestari menambahkan, ngebor biopori diharapkan dapat membangun rasa peduli dan cinta lingkungan bagi siswa-siswi SMPN 10 Tarakan.

CARA PEMBUATAN LUBANG RESAPAN BIOPORI


  • Pilihlah daerah yang tepat untuk membuat lubang biopori, yaitu pada sekeliling pohon, halaman sekolah, kantor , rumah, dan lain-lain.
  • Lubangi tanah dengan diameter 10-30 cm dan kedalaman 80-100 cm menggunakan linggis, bamboo, atau alat pengebor biopori (lihat gambar).



  • Perkuat mulut lubang dengan semen sekitar 2-3 cm dan setebal 2 cm disekelilingnya.

  • Isilah lubang tersebut dengan sampah dapur, dedaunan, pangkasan tanaman atau rumput, sampah kebun.

  • Jika volume sampah berkurang, isilah kembali dengan sampah-sampah seperti yang disebutkan diatas.
  • Kompos diambil setiap akhir musim kemarau bersamaan dengan pemeliharaan kembali Lubang Resapan Biopori tersebut.

Rabu, 04 November 2015

PENGERTIAN BIOPORI

      Menurut bahasa, Biopori terdiri dari  Bio yang artinya Hidup dan Pori yang artinya pori-pori  yang bermanfaat. Lubang Biopori adalah lubang dengan diameter  10-30 cm dengan panjang  80-100 cm yang ditutupi dengan sampah organic yang berfungsi untuk menjebak air disekitarnya serta untuk membantu pelapukan sampah organic menjadi kompos. Lubang Resapan Biopori adalah lubang yang berbentuk liang (terowongan kecil) yang dibentuk oleh aktivitas fauna tanah (cacing, semut, rayap-rayap) dan perakaran tanaman.

      Lubang biopori akan berisi udara dan menjadi jalur mengalirnya air. Jadi, air hujan tidak langsung masuk kesaluran pembuangan air, tetapi meresap melalui lubang tersebut. Meningkatnya kemampuan tanah dalam meresapkan air , akan memperkecil peluang terjadinya aliran air dipermukaan tanah sehingga dapat mengurangi bahaya banjir.




MANFAAT LUBANG BIOPORI

> Meningkatkan daya perserapan air                                  
Kehadiran lubang resapan biopori secara langsung akan menambah bidang resapan air, setidaknya sebesar sebesar luas kolom lubang fauna tanah. Bidang resapan ini akan selalu terjaga kemampuannya dalam meresapkan air  karena aktvitas fauna tanahlah sebagai salah satu pendukungnya.

> Mengubah sampah organic menjadi kompos

Lubang resapan biopori dapat diaktifkan dengan cara memberikan sampah organic kedalamnya , sampah tersebut akan dijadikan sebagai sumber energy bagi organisme tanah dengan proses DEKOMPOSISI. Sampah yang telah didekomposisi dikenal dengan istilah “kompos”.

Kelebihan sampah organic yang dimasukkan kedalam lubang biopori :
a. Sampah organic akan menjadi kompos
b. Tidak cepat diemisikan ke atmosfer sebagai gas rumah kaca yang      berarti dalam hal ini dapat mengurangi pemanasan global.
c. Memelihara biodiversitas ( keanekaragaman hayati)

> Memanfaatkan fauna tanah dan akar tanaman
Selain perawatan langsung dari manusia, LRB jga diaktifkan oleh fauna tanah dan perakaran tanaman sehingga pemelihaaran LRB dapat dilakukan secara alami tanpa bahan kimia tertentu.

> Mengurangi emisi gas carbon ke udara
Sampah organic mengandung gas karbon yang apabila ditimbun didalam tanah akan menjadi humus yang bermanfaat, sedangkan jika dibakar gas karbon tersebut akan diemisikan ke udara sehingga menimbulkan pemanasan globlal.

> Mengurangi genangan air yang menyebabkan penyakit
Apabila tidak ada perserapan air hujan yang memadai, air hujan tersebut akan menggenang dan akibatnya dapat menimbulkan penyakit. Dalam hal ini, LRB sangat berguna karena membantu proses penyerapan air ke tanah, semakin banyak LRB maka semakin kita terhindar dari bahaya banjir dan penyakit.

CARA PEMELIHARAAN LRB

Lubang Resapan Biopori harus selalu terisi sampah organic.

Sampah organic dapur yang sudah menjadi kompos diambil setelah 2 minggu, sedangkan sampah organic kebun diambil setelah 2 bulan.

Jangan terlalu padat dalam memasukkan sampah organic. Beri celah udara agar organisme tanah bisa mencerna sampah tersebut supaya tidak kekurangan Oksigen.

Jika ada jenis sampah yang berpotensi bau, dapat diatasi dengan cara menutup bagian atas LRB dengan sampah kering.

Memasukkan sampah organic secara berkala pada saat terjadi penurunan volume sampah organik pada LRB.

Senin, 02 November 2015

MEMASAK HASIL PANEN DI KEBUN SEKOLAH

Senin (2/11) siang, para guru sedang menikmati hasil panen Daun Sop. Daun Sop, merupakan salah satu dari beberapa hasil kebun sayur sekolah yang telah mereka rintis sebelumnya. Kegiatan memasak di sekolah kali ini, bukan hanya sekedar berperan sebagai aktivitas "makan bersama". Namun, merupakan kelanjutan dari program berkebun yang dikerjakan selepas guru membimbing siswa dalam proses belajar mengajar di sekolah. "Jadi ini memang kelanjutan dari kegiatan guru sebelumnya. Sudah ada banyak aktivitas yang telah para Guru lakukan. Termasuk diantaranya, membuat pupuk cair," terang Wiji Lestari, S.Pd., selaku pembina UKS SMP Negeri 10 Tarakan.

Sebelumnya, setiap hari-harinya para Guru saling bahu membahu, guna mewujudkan kebun sekolah yang mereka idamkan bersama. Banyak kegiatan yang telah mereka selami, selama mengikuti Program Berkebun di sekolah tersebut. Sementara itu para peserta didik juga diajak terlibat langsung, hingga jari jemarinya bersentuhan dengan biji, bibit, tanah, pupuk, air, dan beberapa perangkat berkebun yang ada. Tidak hanya sekedar memetik hasil panen, namun para siswa dan guru, SMP Negeri 10 Tarakan, terlibat dalam semua tahap. Mulai dari pembibitan, penanaman, perawatan, hingga memanen. "Setiap pergantian jam ataupun sehabis jam pelajaran serta selepas sekolah, mereka secara bergiliran menyiram tanaman yang telah mereka tanam sendiri," lanjut Wiji Lestari, S.Pd.




Memasak di Sekolah

Dari hasil panen tersebut, kemudian guru beserta siswa belajar untuk mengolah hasil panenannya menjadi masakan yang bisa dinikmati bersama. Pada dasarnya, mereka belajar untuk mengenal makanan sehat. Mengenal hasil kebun, dan beberapa bentuk olahannya. Pendekatan belajar melalui pengalaman, merupakan salah satu metode yang diterapkan bagi siswa oleh gurunya. Pada akhirnya, para siswa diharapkan dapat menampung aneka pengalaman belajar yang telah dialami.

Siang itu, sepulang sekolah, para siswa dan guru tampak sibuk menyiapkan perkakas yang dibutuhkan untuk memasak. Tak lama berselang, sup sehat campur lontong yang dipadu dengan kecamba dan mie kuning, siap untuk dinikmati bersama. Dengan menambahkan sedikit bahan seperti buncis, kubis dan wortel, para siswa dan guru mampu menyajikan masakan yang bisa mengganjal perut mereka siang itu. Wajah-wajah ceria, tampak penuh semangat dalam mengolah beberapa hasil dari kebun sekolah. Menurut siswa yang mengikuti program berkebun di sekolah, menikmati makanan hasil memasak sendiri, diakui terasa berbeda. Terlebih bahan yang digunakan, adalah sayur mayur yang telah mereka tanam sendiri. "Semoga panen berikutnya, kita bisa memasak menu yang lain," demikian ujar Wiji Lestari, S.Pd.

Minggu, 01 November 2015

SMPN 10 TARAKAN - KERJA BAKTI SEKOLAH DALAM PROGRAM SEMUTLIS

SMPN 10 Tarakan - Kerja bakti adalah kegiatan kerja bergotong-royong tanpa upah untuk kepentingan bersama. Kerja bakti biasanya dilakukan bersama-sama semua warga sekolah dengan tujuan agar lingkungan sekolah menjadi bersih dan nyaman. Kerja bakti di lingkungan sekolah seperti membersihkan halaman sekolah, mengepel ruang kelas, membersihkan aula sekolah, dan masih banyak yang lainnya, dijelaskan oleh Wakil Kepala Sekolah Kesiswaan (Ibu. Wiji Lestari, S.Pd). "Dengan lingkungan sekolah yang bersih dan nyaman diharapkan semangat belajar siswa juga meningkat. Dengan meningkatnya semangat belajar siswa prestasi sekolah juga ikut meningkat", lanjut Ibu. Wiji Lestari.
Kerja bakti di sekolah ini hukumnya wajib dilaksanakan oleh siswa, Kerja bakti membersihkan lingkungan sekolah biasanya dilaksanakan secara berkala bisa setiap hari, seminggu, ataupun sebulan sekali maupun melihat situasi dan kondisi selama tidak mengganggu proses belajar mengajar. Dengan adanya kerja bakti maka peserta didik akan tertanam dalam dirinya untuk mencintai lingkungannya sekaligus mendidik mereka bekerja mandiri. Bagi siswa yang memiliki kebiasaan di rumah serba dilayani baik oleh orang tua maupun pembantu maka dengan kegiatan ini akan dipaksa untuk mandiri.

Kerja bakti di lingkungan sekolah diprogramkan dalam bentuk SEMUTLIS (Sepuluh Menit untuk Taman dan Lingkungan Sekolah) ternyata memiliki banyak manfaat bagi warga sekolah. Selain melatih kemandirian siswa semutlis juga memiliki manfaat yang lain, diantaranya adalah :
  • Kerja bakti (semutlis) membersihkan di lingkungan sekolah akan menghilangkan kejenuhan siswa setelah mengikuti pelajaran, kerja bakti bisa dijadikan refresing untuk menghilangkan kejenuhan selama mengikuti pelajaran.
  • Kerja bakti (semutlis) juga untuk lebih mengakrabkan para guru dengan peserta didiknya maka sebaiknya bagi para pendidik bisa berbaur dengan mereka sehingga menimbulkan keakraban antara siswa dan guru.
  • Kerja bakti (semutlis) membersihkan lingkungan sekolah membuat lingkungan menjadi bersih dan lebih terawat dibandingkan dengan tidak ada kerja bakti tersebut. Semoga sekolah-sekolah bisa menerapkan salah satu strategi pendidikan ini yaitu membiasakan anak-didiknya mencintai sekolah dan lingkungannya dengan mengadakan kerja bakti di sekolahnya.
  • Kerja bakti (semutlis) melatih siswa bekerja sama dan bergotong royong. Dalam kerja bakti yang melibatkan banyak siswa biasanya siswa akan saling bekerja sama bahu membahu membersihkan lingkungan sekolah.

Biasanya dalam sebuah sekolah ada saja siswa yang sulit untuk diajak kerja bakti. Bagi siswa yang tidak mau bekerja bakti harus diberikan perhatian, supaya tidak terulang lagi. Selain itu, masalah juga terjadi pada saat pelaksanaan membersihkan lingkungan sekolah. Biasanya setiap kelas diberi area yang berbeda, baik di dalam maupun di luar sekolah. Bertujuan agar sekolah dapat bersih secara merata disetiap sudut ruangan. Tapi ternyata, para siswa terlihat enggan untuk bersih-bersih. Kebanyakan diantaranya merasa jijik kepada sampah yang berserakan. Padahal sebenarnya mereka sendirilah yang menciptakan sampah yang berserakan tersebut. Untuk kejadian seperti ini siswa harus diberi pengertian tentang pentingnya kebersihan lingkungan, jika perlu sang gurulah yang memberikan contoh langsung cara membersihkan lingkungan sekolah.

Piket Kelas
Dalam kelas biasanya sudah dibentuk regu piket harian. Tugas regu piket harian adalah menjaga kebersihan masing-masing ruang kelas. Regu piket harian ini biasanya dipimpin oleh seorang ketua regu piket. Regu piket harian memiliki antara lain sebagai berikut :
  • Menyapu lantai kelas
  • Merapikan meja dan kursi
  • Membersihkan papan tulis
  • Menyiapkan kapur/spidol dan penghapus
  • Menata buku-buku pelajaran
  • Mengisi papan absensi


Kadang-kadang piket kelas ini tidak berjalan karena disebabkan oleh beberapa hal. Salah satunya adalah karna teman-teman lain juga tidak melaksanakan piket kelas, maka yang lain juga menjadi malas melaksanakan piket. Karna anggota piket yang sama dengan mereka tidak piket, mereka juga jadi malas melaksanakannya. Alasannya karna tidak mungkin ia melaksanakan piket kelas sendirian. Piket yang seharusnya dilakukan dengan bersama-sama tapi sekarang dilakukan sendirian. Penyebab dari masalah tersebut adalah kurangnya rasa tanggung jawab, tidak adanya rasa senang melihat kelas bersih dan karena pengaruh teman sesama anggota piket. Itulah beberapa masalah yang sebenarnya bisa diatasi dengan dua kata yaitu kesadaran dan kepedulian. Jika seorang murid tersebut sadar akan tugas dan peduli akan kelasnya, pastinya ia tidak akan merasa malas melakukannya. Malah nantinya ia akan terbiasa dengan kewajibannya itu.

Dokumentasi Kegiatan SEMUTLIS (Sepuluh Menit untuk Taman dan Lingkungan Sekolah) :